Kategori mahasisiwa sering menjadi perbincangan alot apakah mereka sebagai komponen bangsa yang ada dalam masa transisi yang sedang berkembang menuju kematangan untuk sebuah tanggung jawab besar atau apakah mereka merupakan elemen yang dipundaknya terdapat beban berat dalam menetukan sejarah perjalanan bangsa. Terlepas dari tarik menarik antara kedua kategori tersebut di atas, sejarah perjalanan bangsa, khsusnya disetiap pergantian orde, sejak orde penjajahan, orde lama, orde baru, dan orde reformasi, mahasiswa telah mencatatkan dirinya sebagai barisan terdepan dalam perubahan. Andilnya tidak terbantahkan.
Posisi mahasiswa memang unik. Disatu sisi, mahasiswa menjadi tumpuan harapan bangsa dalam mengawali agenda-agenda perbaikan, perubahan dan kemajuan atau sebagai agen kontrol sosial dan politik, ekonomi dan berbagai dimensi hidup lainnya, tapi disisi lainnya, mereka seringkali merasakan bagaimana negara mengehendakinya agar hanya fokus pada dunia kampus semata: rajin belajar, tidak sering bolos, baca buku di perpustakaan dan mendapatkan IPK yang baik. Tekana semacan ini kemudian mengalir dari berbagai agen-agen negara termasuk orang tua. Aktivitas-aktivitas sosial cendrung dicurigai sebagai upaya perlawanan terhadap negara. Mahasiswa teladan kemudian diasosiasikan terhdap mahasiswa yang punya IPK tinggi, cepat selesai dan cepat bekerja ampuh bagi negara despotis agar mahasiswa sebagai salah satu komponen bangsa tidak lagi sempat berpikir apalagi mengkritis agenda-agendanya.
petrlu ditegaskan, sadar atau tidak sadar, mahasiswa secara alami memiliki kepekaan-kepeakaan sebagai motivasi untuk tidak hanya datang ke kelas, perpustakaan, dan baca buku, tapiiktu merasakan apa yang dirasakan masyarakat sekelilingnya. bahkan, mahasiswa bisa merasakan sebelum masyarakat menyadari akan ketertindasannta.
Kepekaan semacam itulah yang tidak akan menghentikan mahasiswa untuk terus melibatkan diri dalam kerja bersama tanpa perduli akan besar dan bahaya tentang yang dihadapi. Artinya dan makna hidup seorang mahasiswa tergantung pada apakah kepekaan dan idelaismenya masih mereka miliki dan ekspresikan. kehilangan kepekaan dan idelaisme merupakan kehilnangan segalanya. Pemasungan kekebebasan mahasiswa dalam mengekspresikan kepakaan dan idealisme jauh lebih sakit bila dibanding misalnya seorang presiden, gubernur, bupati atau walikota yang dicopot dari jabatannya. Hanya saja mahasiswa tidak memiliki kekuatan apa sehingga kesakitan yang dirasakan jarang tampak.
Seperti apa kerja mahasiswa? Mahasiswa dalam fungsi sebagai agen kontrol, akan terjun langsung atau melakukan aktivitas kongrit bila misalnya pemerintah, Birokrasi tidak menjalankan tugas muliannya sebagai abdi rakyat (Mahasiswa harus sadar bahwa keterlibatan dalam proses demokratisasi adalah penting).
Pada akhirnya, mahasiswa adalah bagian dari bangsa. keterlibatannya dalam proses pembangunan bangsa sama pentingnya dengan pemerintah, partai-partai politik, LSM dan kelompok-kelompok lain. Secara formal, mahasiswa memang tidak termasuk dalam struktur atau sistem politik yang kita jalankan sekarang, tapi kerja-kerja mahasiswa di masyarakat tetap uregen dan uregensnya sama dengan program-program dan kerja-kerja komponene bangsa yang lain, termasuk pemerintah
Mahasiswa bukan "lawan" siapa-siapa tapi juga bukan "kawan' siapa-siapa. Musuh mahasiswa adalah ketimpangan dan kawan mahasiswa adalah idealitas.
No comments:
Post a Comment